Cerita
ini berawal di sebuah sudut kota. Disana ada seorang remaja, sebut saja namanya
Den. Di rumah, Den cuma hidup dengan ayahnya. Kakak-kakak Den sudah menikah dan
tidak tinggal di rumahnya lagi. Den adalah seorang siswa kelas 2 SMU. Den juga
suka bermain sepak bola. Ia sangat menyukai olah raga itu. Den cukup aktif di
dalam klub sepak bola di kotanya. Den mendapat dukungan yang sangat kuat dari
ayahnya akan hobinya tersebut.
Den berlatih sepak bola dengan timnya tiga kali seminggu. Sesekali timnya juga mengikuti beberapa kompetisi dan beberapa kali pernah menang. Seperti kali ini, timnya sedang mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola yang cukup bergengsi. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan lancar hingga membawa tim tersebut ke babak grand final yang akan diselenggarakan hari sabtu nanti.<
Den berlatih sepak bola dengan timnya tiga kali seminggu. Sesekali timnya juga mengikuti beberapa kompetisi dan beberapa kali pernah menang. Seperti kali ini, timnya sedang mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola yang cukup bergengsi. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan lancar hingga membawa tim tersebut ke babak grand final yang akan diselenggarakan hari sabtu nanti.<
Tetapi
pada hari Selasa, sebuah berita duka terjadi. Ayah Den meninggal dunia. Dengan
menyesal Den meminta ijin pelatihnya bahwa dia tidak bisa datang latihan hari
ini. Sang pelatih pun memahami keadaan tersebut. Bahkan sang pelatih juga
menyarankan Den untuk beristirahat sejenak. “Jika berkeberatan, kamu tidak
perlu memaksakan diri untuk mengikuti pertandingan final besok Sabtu. Tenangkan
dirimu dulu, kami akan selalu menunggu kehadiranmu kembali.” Kata pelatih itu.
Pertandingan
grand final hari Sabtu pun tiba. Penonton tampak berjubel di tribun lapangan.
Kesebelasan Den tampak sangat terdesak oleh tim lawan. Skor saat ini menunjukkan
2-0 untuk tim lawan. Padahal pertandingan sudah berlangsung 20 menit pada babak
ke dua.
Tiba-tiba
Den menampakkan diri di pinggir lapangan. Tanpa banyak tanya ia langsung ganti
baju, memakai sepatu, dan melakukan sedikit pemanasan dengan bola kesayangannya
di pinggir lapangan. Pelatih dan rekan-rekan timnya heran dan terkejut melihat
hal ini. “Ijinkan saya ikut bertanding pak!” Seru Den pada pelatihnya.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya pelatih itu mengijinkan Den masuk ke tengah
lapangan.
Hal
yang mengejutkan terjadi. Entah bagaimana, permainan Den pada malam itu sangat
cemerlang. Ia seperti tidak memiliki rasa lelah untuk berlari, merebut, dan
menendang bola di menit-menit terakhir itu. Tenaga rekan-rekan satu timnya yang
mulai terkuras habis pun menjadi bangkit melihat semangat Den.
Tak
diduga, malam itu Den berhasil memasukkan tiga bola ke gawang lawan. Sebuah
lompatan tersendiri bagi prestasi Den di timnya selama ini. Sebab selama ini
Den jarang memasukkan bola ke gawang lawan, sekalipun beberapa kali pernah
ditempatkan pelatih pada posisi striker seperti pada pertandingan malam ini.
Akhirnya pertandingan pun selesai. Kesebelasan Den menang dari tim lawan dengan
skor 2-3.
“Ada
apa kamu, Den? Aku belum pernah melihatmu sehebat ini! Motivasi dan tenagamu
malam ini sangat cemerlang!” Seru pelatih dengan bangga.
“Tahukah, pak? bahwa selama ini Ayah sangat mendukung permainan sepak bola saya. Bahkan ia selalu berharap kelak saya bisa menjadi seorang bintang sepak bola.” Kata Den sambil terengah-engah.
“Tahukah pula, Pak. Kalau Ayah saya buta? memang selama ini dia selalu duduk di antara penonton untuk mengikuti setiap pertandingan saya, tetapi seumur hidup dia belum pernah benar-benar melihat saya bertanding!”
“Tahukah, pak? bahwa selama ini Ayah sangat mendukung permainan sepak bola saya. Bahkan ia selalu berharap kelak saya bisa menjadi seorang bintang sepak bola.” Kata Den sambil terengah-engah.
“Tahukah pula, Pak. Kalau Ayah saya buta? memang selama ini dia selalu duduk di antara penonton untuk mengikuti setiap pertandingan saya, tetapi seumur hidup dia belum pernah benar-benar melihat saya bertanding!”
Den
melanjutkan, “Dan malam ini adalah kali pertama Ayah benar-benar melihat saya
bertanding, saya ingin menunjukkan kepada dia, bahwa saya memang pantas untuk
dilihat oleh dia.”
0 komentar:
Posting Komentar